Junk Java
Simbol
kebangkitan perdagangan Indonesia setelah era Mojopahit
Bank Indonesia Pusat Jakarta,
menelusuri/mencari tahu bentuk perahu layar yang sangat populer zaman dulu
sewaktu kajayaan kemaritiman nenek moyang kita setelah Mojopahit.
Dari masa kejayaan Mojopahit sampai abad 16, wilayah yang sekarang bernama Indonesia, terdiri dari ± 17.000 pulau besar kecil yang berserakan di lautan luas. Sistem transportasi laut sepenuhnya memakai perahu.
Perahu-perahu besar/menengah/kecil, maupun perahu-perahu nelayan dari pantai perikanan yang sangat banyak jumlahnya, meramaikan pelayaran di lautan kita ini.
Berbagai kegiatan-kegiatan perdagangan skala besar/menengah/kecil. Hubungan penduduk antar pulau, jalur-jalur komunikasi pemerintahan, pengiriman-pengiriman bahan pokok dan sebagainya, semuanya menggunakan perahu.
Kesibukan-kesibukan jalur laut saat itu dikarenakan keadaan wilayah kita lautan/bumi/alam kita yang sangat subur.
Perahu yang besar besar sangat banyak untuk mengangkut. barang barang dagangan berskala besar. Dan juga banyak ragamnya.
Salah satu dari sekian banyak perahu perahu besar tersebut, adalah dengan nama Junk Java. Perahu ini kecuali besar dan jumlahnya pun sangat banyak juga.
Sehingga saat pertama sekali bangsa Portugis memasuki perairan kita, mereka tercengang dan keheranan.
Namun, apa hendak dikata, kedatangan bangsa - bangsa asing dengan kekuatan yang kuat dengan politik yang licik, menjajah bumi pertiwi kita ini, merampas/merampok kekayaan alam kita. Serta meneror perahu- perahu besar kita, sehingga jumlahnya menyusut yang akhirnya punah.
Tamatlah kejayaan kemaritiman nenek moyang kita beserta budayanya yang seharusnya di wariskan kepada anak cucunya saat ini.
Pada tahun 2006 Bank Indonesia Pusat Jakarta telah menentukan pilihannya perahu Junk Java sebagai simbol kebangkitan perdagangan Indonesia setelah era Mojopahit.
Perahu Junk Java ini berbobot 400-500 ton dengan sistem tali temali dan kemudi ganda khas Jawa. Memakai tiga layar yang terbuat dari anyaman rerumputan.
Perahu Junk Java ini juga seperti perahu-perahu yang lain, mengarungi Laut Jawa, laut China Selatan sampai ke teluk Benggala juga sebagai perahu penumpang antar pulau.
Sejarawan Belanda Meilink Roclabzs mengatakan, sebelum Bangsa Portugis dan Belanda datang banyak perahu-perahu besar di Nusantara ini, mengangkat perdagangan bahan-bahan pokok, beras, lada dan rempah-rempah skala besar.
Perahu Junk Java yang ditempatkan di Museum Perdagangan Bank Indonesia Pusat Jakarta dipercayakan kepada SSBT dengan panjang 2,5 meter. Dengan ketentuan-ketentuan dari bahan-bahan kayu jati dan sono yang tua dan yang telah diawetkan agar replika perahu tersebut bisa bertahan sampai ± 100 tahun.
Dari masa kejayaan Mojopahit sampai abad 16, wilayah yang sekarang bernama Indonesia, terdiri dari ± 17.000 pulau besar kecil yang berserakan di lautan luas. Sistem transportasi laut sepenuhnya memakai perahu.
Perahu-perahu besar/menengah/kecil, maupun perahu-perahu nelayan dari pantai perikanan yang sangat banyak jumlahnya, meramaikan pelayaran di lautan kita ini.
Berbagai kegiatan-kegiatan perdagangan skala besar/menengah/kecil. Hubungan penduduk antar pulau, jalur-jalur komunikasi pemerintahan, pengiriman-pengiriman bahan pokok dan sebagainya, semuanya menggunakan perahu.
Kesibukan-kesibukan jalur laut saat itu dikarenakan keadaan wilayah kita lautan/bumi/alam kita yang sangat subur.
Perahu yang besar besar sangat banyak untuk mengangkut. barang barang dagangan berskala besar. Dan juga banyak ragamnya.
Salah satu dari sekian banyak perahu perahu besar tersebut, adalah dengan nama Junk Java. Perahu ini kecuali besar dan jumlahnya pun sangat banyak juga.
Sehingga saat pertama sekali bangsa Portugis memasuki perairan kita, mereka tercengang dan keheranan.
Namun, apa hendak dikata, kedatangan bangsa - bangsa asing dengan kekuatan yang kuat dengan politik yang licik, menjajah bumi pertiwi kita ini, merampas/merampok kekayaan alam kita. Serta meneror perahu- perahu besar kita, sehingga jumlahnya menyusut yang akhirnya punah.
Tamatlah kejayaan kemaritiman nenek moyang kita beserta budayanya yang seharusnya di wariskan kepada anak cucunya saat ini.
Pada tahun 2006 Bank Indonesia Pusat Jakarta telah menentukan pilihannya perahu Junk Java sebagai simbol kebangkitan perdagangan Indonesia setelah era Mojopahit.
Perahu Junk Java ini berbobot 400-500 ton dengan sistem tali temali dan kemudi ganda khas Jawa. Memakai tiga layar yang terbuat dari anyaman rerumputan.
Perahu Junk Java ini juga seperti perahu-perahu yang lain, mengarungi Laut Jawa, laut China Selatan sampai ke teluk Benggala juga sebagai perahu penumpang antar pulau.
Sejarawan Belanda Meilink Roclabzs mengatakan, sebelum Bangsa Portugis dan Belanda datang banyak perahu-perahu besar di Nusantara ini, mengangkat perdagangan bahan-bahan pokok, beras, lada dan rempah-rempah skala besar.
Perahu Junk Java yang ditempatkan di Museum Perdagangan Bank Indonesia Pusat Jakarta dipercayakan kepada SSBT dengan panjang 2,5 meter. Dengan ketentuan-ketentuan dari bahan-bahan kayu jati dan sono yang tua dan yang telah diawetkan agar replika perahu tersebut bisa bertahan sampai ± 100 tahun.
Yang ditampilkan disini bukan jung Jawa abad XIV (14) tapi abad XVI (16) dan XVII (17). Model itu dibuat berdasarkan gambaran jong oleh Johann Theodor de Bry sekitar 1599.
BalasHapus